Jumat, 18 Oktober 2013

OPINI DAN RUMOR TENTANG PELUNCURAN WINDOWS 9



Windows 9 Meluncur 2014 & Windows 10 pada 2015?




CALIFORNIA – Baru saja Microsoft resmi merilis Windows 8.1, sebuah laporan terbaru mengatakan bahwa perusahaan yang berbasis di Redmond, Amerika Serikat (AS) itu besar kemungkinan sedang menyiapkan versi mayor Windows untuk musim semi 2015.

Munculnya kabar tersebut mengindikasikan bahwa bisa jadi raksasa piranti lunak itu akan menunda produk lainnya yang dijadwalkan akan dilemparkan ke pasar pada November 2014. Belum juga dikonfirmasi oleh yang bersangkutan, rumor lain menyebutkan bahwa Microsoft akan benar-benar meluncurkan Windows 9 tahun depan yang didasari oleh NT 6.4.

Terlebih lagi, seperti disitat dari Softpedia, Jumat (18/10/2013) perusahaan juga bisa jadi akan menghadirkan Windows 10 lebih cepat dari yang dibayangkan sebelumnya pada 2015.

Meski hingga kini belum ada yang bisa memastikan benar atau tidaknya rumor tersebut, namun sedikit banyak meyakini kalau kabar itu benar. Sebab, Microsoft berkomitmen untuk membuat konsep Windows versi terbaru ke pasar dengan lebih cepat dan sering dibanding sebelumnya.

sumber : http://techno.okezone.com

Senin, 10 Juni 2013

Amalan sunnah di bulan sya'ban alah Rasulullah SAW


Banyak di antara kaum muslimin yang terjebak dalam amalan-amalan bid’ah di bulan Sya’ban ini karena mereka mengamalkan hadits-hadits yang statusnya lemah, lemah sekali dan bahkan palsu. Padahal terdapat banyak hadits shahih yang menjelaskan dengan rinci bagaimana tuntunan Nabi Muhammad SAW dalam mengisi bulan yang mulia ini. Berikut ini kami sampaikan sekelumit tuntunan Nabi Muhammad SAW dalam mengisi bulan Sya’ban dan beberapa persiapan yang selayaknya dilakukan oleh kaum muslimin dalam rangka menyambut kedatangan bulan suci Ramadhan. Semoga bermanfaat dan selamat menikmati.

Bulan puasa sunnah
Bulan Sya’ban adalah bulan yang disukai untuk memperbanyak puasa sunah. Dalam bulan ini, Rasulullah SAW memperbanyak puasa sunah. Bahkan beliau hampir berpuasa satu bulan penuh, kecuali satu atau dua hari di akhir bulan saja agar tidak mendahului Ramadhan dengan satu atau dua hari puasa sunah. Berikut ini dalil-dalil syar’i yang menjelaskan hal itu:
عن أم المؤمنين عائشة رضي الله عنها قالت: ما رأيت رسول الله صلى الله عليه وسلم استكمل صيام شهر قط إلا شهر رمضان، وما رأيته في شهر أكثر صيامًا منه في شعبان
Dari Aisyah R.A berkata: “Aku tidak pernah melihat Rasulullah SAW melakukan puasa satu bulan penuh kecuali puasa bulan Ramadhan dan aku tidak pernah melihat beliau lebih banyak berpuasa sunah melebihi (puasa sunah) di bulan Sya’ban.” (HR. Bukhari no. 1969 dan Muslim no. 1156)
Dalam riwayat lain Aisyah berkata:
كان أحب الشهور إلى رسول الله صلى الله عليه وسلم أن يصومه شعبان، ثم يصله برمضان
“Bulan yang paling dicintai oleh Rasulullah SAW untuk berpuasa sunah adalah bulan Sya’ban, kemudian beliau menyambungnya dengan puasa Ramadhan.” (HR. Abu Daud no. 2431 dan Ibnu Majah no. 1649)
عن أم سلمة رضي الله عنها تقول: ما رأيت رسول الله صلى الله عليه وسلم يصوم شهرين متتابعين إلا شعبان ورمضان
Dari Ummu Salamah R.A berkata: “Aku tidak pernah melihat Rasulullah SAW berpuasa dua bulan berturut-turut kecuali bulan Sya’ban dan Ramadhan.” (HR. Tirmidzi no. 726, An-Nasai 4/150, Ibnu Majah no.1648, dan Ahmad 6/293)
Imam Ibnu Hajar Al-Asqalani menulis: “Hadits ini merupakan dalil keutamaan puasa sunah di bulan Sya’ban.” (Fathul Bari Syarh Shahih Bukhari)
Imam Ash-Shan’ani berkata: Hadits ini menunjukkan bahwa Rasulullah SAW mengistimewakan bulan Sya’ban dengan puasa sunnah lebih banyak dari bulan lainnya. (Subulus Salam Syarh Bulughul Maram, 2/239)

Maksud berpuasa dua bulan berturut-turut di sini adalah berpuasa sunah pada sebagian besar bulan Sya’ban (sampai 27 atau 28 hari) lalu berhenti puasa sehari atau dua hari sebelum bulan Ramadhan, baru dilanjutkan dengan puasa wajib Ramadhan selama satu bulan penuh. Hal ini selaras dengan hadits Aisyah yang telah ditulis di awal artikel ini, juga selaras dengan dalil-dalil lain seperti:
Dari Aisyah RA berkata: “Aku tidak pernah melihat beliau SAW lebih banyak berpuasa sunah daripada bulan Sya’ban. Beliau berpuasa di bulan Sya’ban seluruh harinya, yaitu beliau berpuasa satu bulan Sya’ban kecuali sedikit (beberapa) hari.” (HR. Muslim no. 1156 dan Ibnu Majah no. 1710)
Dari Abu Hurairah RA berkata: Rasulullah SAW bersabda: “Janganlah salah seorang di antara kalian mendahului puasa Ramadhan dengan puasa (sunah) sehari atau dua hari sebelumnya, kecuali jika seseorang telah biasa berpuasa sunnah (misalnya puasa Senin-Kamis atau puasa Daud—pent) maka silahkan ia berpuasa pada hari tersebut.” (HR. Bukhari no. 1914 dan Muslim no. 1082)
Bulan kelalaian

Para ulama salaf menjelaskan hikmah di balik kebiasaan Rasulullah SAW memperbanyak puasa sunah di bulan Sya’ban. Kedudukan puasa sunah di bulan Sya’ban dari puasa wajib Ramadhan adalah seperti kedudukan shalat sunah qabliyah bagi shalat wajib. Puasa sunah di bulan Sya’ban akan menjadi persiapan yang tepat dan pelengkap bagi kekurangan puasa Ramadhan.
Hikmah lainnya disebutkan dalam hadits dari Usamah bin Zaid R.A, ia berkata: “Wahai Rasulullah SAW, kenapa aku tidak pernah melihat Anda berpuasa sunah dalam satu bulan tertentu yang lebih banyak dari bulan Sya’ban? Beliau SAW menjawab:
ذَلِكَ شَهْرٌ يَغْفِلُ النَّاسُ عَنْهُ وَهُوَ شَهْرٌ تُرْفَعُ فِيهِ الأَعْمَال إِلى رَبِّ العَالمِينَ، فَأُحِبُّ أَنْ يُرْفَعَ عملي وَأَنَا صَائِمٌ
“Ia adalah bulan di saat manusia banyak yang lalai (dari beramal shalih), antara Rajab dan Ramadhan. Ia adalah bulan di saat amal-amal dibawa naik kepada Allah Rabb semesta alam, maka aku senang apabila amal-amalku diangkat kepada Allah saat aku mengerjakan puasa sunah.” (HR. Tirmidzi, An-Nasai dan Ibnu Khuzaimah. Ibnu Khuzaimah menshahihkan hadits ini)
Bulan menyirami amalan-amalan shalih

Di bulan Ramadhan kita dianjurkan untuk memperbanyak amalan sunah seperti membaca Al-Qur’an, berdzikir, beristighfar, shalat tahajud dan witir, shalat dhuha, dan sedekah. Untuk mampu melakukan hal itu semua dengan ringan dan istiqamah, kita perlu banyak berlatih. Di sinilah bulan Sya’ban menempati posisi yang sangat urgen sebagai waktu yang tepat untuk berlatih membiasakan diri beramal sunah secara tertib dan kontinu. Dengan latihan tersebut, di bulan Ramadhan kita akan terbiasa dan merasa ringan untuk mengerjakannya. Dengan demikian, tanaman iman dan amal shalih akan membuahkan takwa yang sebenarnya.
Abu Bakar Al-Balkhi berkata: “Bulan Rajab adalah bulan menanam. Bulan Sya’ban adalah bulan menyirami tanaman. Dan bulan Ramadhan adalah bulan memanen hasil tanaman.”
Beliau juga berkata: “Bulan Rajab itu bagaikan angin. Bulan Sya’ban itu bagaikan awan. Dan bulan Ramadhan itu bagaikan hujan.”
Barangsiapa tidak menanam benih amal shalih di bulan Rajab dan tidak menyirami tanaman tersebut di bulan Sya’ban, bagaimana mungkin ia akan memanen buah takwa di bulan Ramadhan? Di bulan yang kebanyakan manusia lalai dari melakukan amal-amal kebajikan ini, sudah selayaknya bila kita tidak ikut-ikutan lalai. Bersegera menuju ampunan Allah dan melaksanakan perintah-perintah-Nya adalah hal yang harus segera kita lakukan sebelum bulan suci Ramadhan benar-benar datang.
Bulan persiapan menyambut bulan Ramadhan

Bulan Sya’ban adalah bulan latihan, pembinaan dan persiapan diri agar menjadi orang yang sukses beramal shalih di bulan Ramadhan. Untuk mengisi bulan Sya’ban dan sekaligus sebagai persiapan menyambut bulan suci Ramadhan, ada beberapa hal yang selayaknya dikerjakan oleh setiap muslim.
a.      Persiapan iman, meliputi:

·         Segera bertaubat dari semua dosa dengan menyesali dosa-dosa yang telah lalu, meninggalkan perbuatan dosa tersebut saat ini juga, dan bertekad bulat untuk tidak akan mengulanginya kembali pada masa yang akan datang.
·         Memperbanyak doa agar diberi umur panjang sehingga bisa menjumpai bulan Ramadhan.
·         Memperbanyak puasa sunnah di bulan Sya’ban agar terbiasa secara jasmani dan rohani. Ada beberapa cara puasa sunah yang dianjurkan di bulan Sya’ban, yaitu: Puasa Senin-Kamis setiap pekan ditambah puasa ayyamul bidh (tanggal 13,14  dan 15 Sya’ban), atau puasa Daud, atau puasa lebih bayak dari itu dari tanggal 1-28 Sya’ban.

·         Mengakrabkan diri dengan Al-Qur’an dengan cara membaca lebih dari satu juz per hari, ditambah membaca buku-buku tafsir dan melakukan tadabbur Al-Qur’an.

·         Meresapi kelezatan shalat malam dengan melakukan minimal dua rakaat tahajud dan satu rekaat witir di akhir malam.

·         Meresapi kelezatan dzikir dengan menjaga dzikir setelah shalat, dzikir pagi dan petang, dan dzikir-dzikir rutin lainnya.

b.      Persiapan Ilmu, meliputi:

·         Mempelajari hukum-hukum fiqih puasa Ramadhan secara lengkap, minimal dengan membaca  bab puasa dalam (terjemahan) kitab Minhajul Muslim (syaikh Abu Bakar Jabir Al-Jazairi) atau Fiqih Sunnah (syaikh Sayid Sabiq) atau Shahih Fiqih Sunnah (Syaikh Abu Malik Kamal bin As-Sayid Salim) atau pedoman puasa (Tengku Moh. Hasbi Ash-Shidiqi) atau buku lainnya.

·         Mempelajari rahasia-rahasia, hikmah-hikmah, dan amalan-amalan yang dianjurkan atau harus dilaksanakan di bulan Ramadhan, dengan membaca buku-buku yang membahas hal itu. Misal (terjemahan) Mukhtashar Minhjaul Qashidin (Ibnu Qudamah Al-Maqdisi) atau Mau’izhatul Mu’minin (Muhammad Jamaluddin Al-Qasimi) atau buku-buku dan artikel-artikel para ulama lainnya.

·         Mempelajari tafsir ayat-ayat hukum yang berkenaan dengan puasa, misalnya dengan membaca (terjemahan) Tafsir Al-Qur’an Al-‘Azhim (Ibnu Katsir), atau Tafsir Al-Jami’ li-Ahkamil Qur’an (Al-Qurthubi), atau Tafsir Adhwa-ul Bayan (Asy-Syinqithi).

·         Mempelajari buku-buku akhlak yang membantu menyiapkan jiwa untuk menyambut bulan Ramadhan.

·         Mendengar ceramah-ceramah para ustadz/ulama yang membahas persiapan menyambut dan mengisi bulan suci Ramadhan.
·         Mengulang-ulang hafalan Al-Qur’an sebagai persiapan bacaan dalam shalat Tarawih, baik bagi calon imam maupun orang yang shalat tarawih sendirian di akhir malam (tidak berjama’ah ba’da Isya’ di masjid).

·         Mendengarkan bacaan murattal shalat tarawih para imam masjid yang terkenal keahliannya di bidang tajwid, hafalan, dan kelancaran bacaan.


c.       Persiapan dakwah, meliputi:

·         Menyiapkan materi-materi untuk kultum, taushiyah, ceramah, khutbah Jum’at dan dakwah bil lisan lainnya.

·         Membuat serlebaran, brosur, pamflet, majalah dinding, buletin dakwah dan lembar-lembar dakwah yang mengingatkan kaum muslimin tentang tata cara menyambut Ramadhan.

·         Mengikuti kultum, ceramah-ceramah, dan pengajian-pengajian yang diadakan di sekitar kita (lingkungan masjid, tempat kerja, tempat belajar-mengajar) baik sebagai pemateri atau peserta sebagai bentuk persiapan dan pembiasaan diri untuk mengikuti kegiatan serupa di bulan Ramadhan.

·         Mengadakan pesantren kilat, kursus keislaman, islamic study dan acara-cara sejenis.


d.      Persiapan Keluarga, meliputi:

·         Menyiapkan anak-anak dan istri untuk menyambut kedatangan Ramadhan dengan mengenalkan kepada mereka persiapan-persiapan yang telah disebutkan di atas.

·         Membiasakan mereka untuk menjaga shalat lima waktu, shalat sunnah Rawatib, shalat dhuha, shalat malam (tahajud dan witir), dan membaca Al-Qur’an.

·         Memberikan taushiyah /kultum harian jika memungkinkan.

·         Meminimalkan hal-hal yang melalaikan mereka dari amal shalih di bulan Sya’ban dan Ramadhan, seperti musik-musik dan lagu-lagu jahiliyah, menonton TV, dan kegiatan-kegiatan lain yang tidak membawa manfaat di akhirat.

·         Menyisihkan sebagian pendapatan untuk sedekah di bulan ini dan bulan Ramadhan.


e.      Persiapan Mental

·         Menyiapkan tekad yang kuat dan sungguh-sungguh untuk:

·         Membuka lembaran hidup baru dengan Allah SWT, sebuah lembaran putih yang penuh dengan amal ketaatan dan berisi sedikit amal-amal keburukan

·         Membuat hari-hari kita di bulan Ramadhan tidak seperti hari-hari kebiasaan kita di bulan lain yang penuh dengan kelalaian dan kemaksiatan

·         Meramaikan masjid dengan melakukan shalat lima waktu secara berjama’ah di masjid terdekat dan menghidupkan sunah-sunah ibadah yang telah lama kita tinggalkan, seperti: bertahan di masjid ba’da Subuh sampai terbitnya matahari untuk dzikir, tilawah Al-Qur’an, atau belajar-mengajar; hadir di masjid sebelum adzan dikumandangkan; bersegera ke masjid untuk mendapatkan shaf awal; menunggu kedatangan imam dengan shalat sunnah dan niat I’tikaf; dst.

·         Membersihkan puasa dari hal-hal yang merusak pahalanya, seperti bertengkar, sendau gurau dan perbuatan-perbuatan iseng yang sekedar untuk mengisi waktu tanpa membawa manfaat akhirat sedikit pun (main catur, main kartu, nongkrong bareng sambil menyanyi dan main gitar; dst)

·         Menjaga dan membiasakan sikap lapang dada dan pemaaf

·         Beramal shalih di bulan Ramadhan dan memulai banyak niat sedari sekarang. Seperti; niat bertaubat, niat membuka lembaran hidup baru dengan Allah, niat memperbaiki akhlak, niat berpuasa ikhlas karena Allah semata, niat mengkhatamkan Al-Qur’an lebih dari sekali, niat shalat tarawih dan witir, niat memperbanyak amalan sunah, niat mencari ilmu, niat dakwah, niat membantu menolong dan menyantuni sesama muslim yang membutuhkan, niat memperjuangkan agama Allah, niat umrah, niat jihad dengan harta, niat I’tikaf; dst)

f.        Persiapan Jihad melawan hawa nafsu

·         Mengekang hawa nafsu dari kebiasaan-kebiasaan buruk dan keinginan hidup mewah, boros, kikir, dan menikmati makanan-minuman yang lezat atau pakaian yang baru di bulan Ramadhan

·         Membiasakan lisan untuk mengatakan perkataan-perkataan yang baik dan bermanfaat; mencegahnya dari mengucapkan perkataan-perkataan keji, jorok, menggunjing, mengadu domba, dan perkataan-perkataan yang tidak membawa manfaat di akhirat

·         Mencegah hawa nafsu dari keinginan untuk melampiaskan kemarahan, kesombongan, penyimpangan, kemaksiatan dan kezaliman

·         Membiasakan diri untuk hidup sederhana, ulet, sabar, dan sanggup memikul beban-beban dakwah dan jihad di jalan Allah

·         Melakukan muhasabah (introspeksi) harian dengan membandingkan antara program-program persiapan di atas dan tingkat keberhasilan pelaksanaannya.

“KISAH”

Suatu waktu sahabat Usamah bin Zaid bertanya kepada Rasulullah saw.: “Wahai Rasulullah, aku tidak pernah melihatmu memperbanyak berpuasa  (selain Ramadhan) kecuali pada bulan Sya'ban? Rasulullah saw. menjawab: "Itu bulan dimana manusia banyak melupakannya, yaitu antara Rajab dan Ramadhan. Di bulan itu segala perbuatan dan amal baik diangkat ke Tuhan semesta alam, maka aku ingin ketika amalku diangkat, aku dalam keadaan puasa". (HR. Abu Dawud dan Nasa'i).

Dalam Riwayat Imam Bukhari dan Muslim, Sayyidatina Aisyah r.a. berkata: “Aku belum pernah melihat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam menyempurnakan shaum selama satu bulan penuh kecuali pada bulan Ramadhan, dan aku belum pernah melihat beliau memperbanyak shaum dalam satu bulan kecuali pada bulan Sya’ban.” (HR. Bukhari No. 1833, Muslim No. 1956).

Dilain tempat beliau (sayyidatina Aisyah r.a.) juga berkata: "Suatu malam Rasulullah saw. shalat, kemudian beliau bersujud panjang sehingga aku menyangka bahwa Rasulullah saw. telah diambil. Karena curiga maka aku gerakkan telunjuk beliau dan ternyata masih bergerak. Setelah Rasulullah saw. selesai shalat beliau berkata: "Hai Aisyah engkau tidak dapat bagian?". Lalu aku menjawab: "Tidak ya Rasulullah, aku hanya berfikiran yang tidak-tidak (menyangka Rasulullah saw. telah tiada) karena engkau bersujud begitu lama". Lalu beliau bertanya: "Tahukah engkau, malam apa sekarang ini". "Rasulullah yang lebih tahu", jawabku. Beliau pun berkata: "Malam ini adalah malam nisfu Sya'ban, Allah mengawasi hamba-Nya pada malam ini, maka Ia memaafkan mereka yang meminta ampunan, memberi kasih sayang mereka yang meminta kasih sayang dan menyingkirkan orang-orang yang dengki." (H.R. Baihaqi dari Ala’ bin Harits).

Jika kita cermati, beberapa riwayat diatas setidaknya memberikan penjelasan kepada kita akan keutamaan-keutamaan bulan Sya’ban. Dikatakan bahwa bulan Sya’ban ialah bulan dimana amal-amal perbuatan manusia diangkat ke hadirat Tuhan penguasa alam. Bulan Sya’ban juga merupakan bulan dimana Allah swt. -saat malam pertengahan bulan Sya’ban- mengawasi hamba-hamba-Nya (adakah diantara mereka yang mendirikan qiyamul lail  saat itu), memaafkan mereka yang memohon ampunan, mencurahkan kasih saying bagi mereka yang mengharapkannya dan menyingkirkan hamba-hamba-Nya yang bersifat pendengki.

Dan jika mau kita cermati beberapa riwayat diatas, ada dua hal yang biasa atau setidaknya pernah dilakukan rasulullah saw. di bulan Sya’ban yaitu memperbanyak berpuasa serta ber-qiyamul lail (mendirikan shalat) pada malam pertengahan bulan Sya’ban.

Memperbanyak berpuasa merupakan amaliah yang sangat gemar dilakukan Rasulullah saw. di bulan Sya’ban. Maksud memperbanyak disini bukan berarti beliau melakukannya sebulan penuh akan tetapi beliau sering mengisi hari-hari di bulan Sya’ban dengan berpuasa.

Disamping menganjurkan berpuasa di bulan Sya’ban, Rasulullah saw. juga melarang umatnya berpuasa jika hal tersebut dilakukan sehari atau dua hari sebelum bulan sya’ban berakhir. Sebagaimana sabda saw. : “Janganlah kalian mendahului Ramadhan dengan puasa sehari atau dua hari sebelumnya kecuali orang yang terbiasa berpuasa maka puasalah.” (HR. Bukhari No. 1983 dan Muslim No. 1082 dari Abu Hurairah).

Dalam hal ini Imam Nawawi dalam kitab Majmu’nya mengatakan bahwa apabila puasa sehari atau dua hari tersebut memiliki sebab atau merupakan kebiasaan dia berpuasa, seperti puasa dahr (puasa satu tahun penuh), puasa nabi daud (satu hari puasa satu hari berbuka) atau puasa senin-kamis maka maka hal tersebut di bolehkan. Namun jika tidak, maka hal itu terlarang.

Adapun tentang qiyamul lail, meskipun apa yang diriwayatkan Imam Baihaqi bersifat mursal (kurang valid), namun hal ini tidak mengurangi akan keutamaan bulan Sya’ban melihat banyak riwayat sahih lainnya yang menunjukkan  keutamaan bulan tersebut. Jadi, adalah mulia jika malam nisfu Sya’ban diisi dengan memperbanyak ibadah shalat, zikir, membaca al Qur’an, berdoa atau bermacam kegiatan positif lainnya.



Inilah sekelumit amalan sunnah di bulan Sya’ban dan persiapan yang selayaknya dilakukan oleh kaum muslimin dalam rangka menyambut kedatangan bulan suci Ramadhan. Semoga kita termasuk golongan yang bisa berniat, berucap, dan berbuat yang terbaik di bulan Sya’ban dan Ramadhan yang akan datang. Hanya kepada Allah SWT kita memohon petunjuk dan pertolongan.
Wallahu a’lam bish shawab..

Jumat, 15 Februari 2013

KEUTAMAAN SHOLAT ISYA DAN SUBUH BERJEMA’AH DI MASJID




Assalamu’alaikum.......


Ada yang tau ngk apa she keutama’an sholat berjama’ah di masjid,kalau dha pada tau atau dha lupah marilah kita bahas sejanak deach walaupun ini dha sering dibahas oleh para ustadz di masjid tapi boy disini hanya sekedar mengingatkan saja terutama bagi diri boy sendiri.


Telaah dulu ya dan renungkan Hadist Rasulullah SAW dibawah ini Insya Allah shahih deach:


Keutamaannya:


Dari Abu Hurairah RA, Rasululloh SAW Bersabda: 
Andai manusia mengetahui kelebihan yang terdapat dalam adzan dan shaf pertama ( pada shalat berjamaah ), kemudian mereka tak mendapatkanya kecuali dengan mengundi, pasti mereka melakukanya. Andai mereka mengetahui kelebihan takbir pertama pada shalat berjamaah, pasti mereka akan berlomba mendapatkannya dan andai mereka mengetahui kelebihan yang ada pada Shalat Isya dan Subuh (berjamaah), tentu mereka akan mendatanginya walaupun dengan merangkak. (H.R. BukhariMuslim)


Dari Abu Hurairah RA, Nabi SAW bersabda,:
shalat berjamaah lebih baik dari shalat sendiri 27 kali lipat, itu karena dia berwudhu dengan sempurna lalu pergi ke masjid dengan tiada tujuan lain kecuali melakukan shalat berjamaah semata, maka tidaklah ia melangkah kecualisetiap langkahnya diangkat kedudukanya satu derajat dan dihapuskan satu dosa. Bila telah shalat, para malaikat memohonkan untuknya rahmat selama ia masih berada di tempat shalat itu dalam keadaan tidak berhadast(para malaikat berdoa : Ya Allah , beri rahmat kepada orang ini dan sayangilah dia). (H.R. Bukhari, Muslim, Abu Dawud, Tirmidzi, dll).


Dari utsman bin Affan RA , Nabi SAW bersabda : 
Siapa shalat isya berjamaah maka seolah –olah ia telah bangun (qiyamul-lail/shalat tahajud) separuh malam. Dan siapa ygn shalat shubuh berjamaah, seakan-akan telah shalat pada seluruh malam. (H.R. Muslim).


Dari Abdullah bin Mas’ud RA. Aku bertanya pada Nabi SAW : 
Apakah amalan yang paling utama? Beliau SAW bersabda: SHALAT PADA WAKTUNYA. Aku bertanya. Kemudian apa? Baginda bersabda:Berbakti pada orang tua. Aku bertanya: Kemudian apa? Beliau bersabda :Berjuang di jalan Allah. (H.R. BukhariMuslim).


Ini juga ada sedikit Ancaman apabila tidak melaksanakan shalat berjamaah di masjid waduuuh ada ancama pulah atuuut: ckckckckckck


Dari Abu Hurairah RA, Rasulullah SAW bersabda: 
Siapa yang mendengar PANGGILAN ADZAN, sedangkan tiada udzur yang menghalanginya untuk memenuhi panggilan tersebut, maka TIDAK DITERIMA SHALAT yang dikerjakan. Sahabat bertanya, Apa itu Udzur?, Beliau menjawab : takut bahaya atau sakit(Shahih Sunah Abu Dawud) DariIbn UmmiMaktum, ia pernah bertanya pada Nabi SAW:WahaiRasulullah! Saya seorang laki-lakiBUTA, rumah JAUH (dari masjid) , dan taka da penuntun yang bisa menuntun saya ke masjid. Apakah ada keringanan buat saya untuk melakukan shalat dirumah?



Beliau bersabda: 

Apa kamu mendengar seruan adzan? Jawabnya IYA, lalu Nabi SAW bersabda : Kalau begitu DATANGILAH! (panggilan shalat itu). (H.R. Muslim).


Dari Abdullah bin Mas’ud RA:
Siapa ingin bertemu ALLAH (pada hari kiamat ) dalam keadaan MUSLIM, hendaklah MENJAGA SHALAT 5 WAKTU ini ketika DIKUMANDANGKAN ADZAN, karena ALLAH telah mensyari’atkan sunnah dan petunjuk kepada Nabi-nya, SAW. 

Sungguh kami ingat, TAK SEORANGPUN MENIGGALKAN SHALAT BERJAMAAH kecuali ORANG MUNAFIK yang JELAS KEMUNAFIKANYA. Pernah ada, seorang dipapah ke masjid antara dua orang hingga dia di berdirikan dalam shaf shalat. 

Seandaniya kalian shalat dirumah kalian, MENINGGALKAN MASJID, berarti kamu telah meninggalkan sunnah Nabi kalian dan jika kamu meninggalkan sunnah Nabi kalian, tentu kalian TELAH SESAT. (H.R. BukhariMuslim) Maka CELAKALAH bagi orang yang shalat yaitu orang-orang yang lalai terhadap shalatnya.(Q.S. Al Ma’un 107:4-5).


Udah tahu kan apa keutamaan dan ancaman sholat berjema’ah dimasjid,ayoooo merasa rugikan selama ini hanya sholat sendiri-sendiri rumah atau dikost seperti ana sa’at ini...eeeiiizt ana sholat dimasjid lho kan masjid dekat ckckckckckck..


Dan INI dia hadist yang shahih mengenai keutamaan sholat isya dan shubuh secara berjema’ah :


1. Dari Utsman bin Affan ra., ia berkata : Saya mendengar Rasulullah saw. Bersabda: “Barangsiapa yg salat Isya dengan berjamaah, seolah-olah ia mengerjakan salat setengah malam, Dan barangsiapa yg salat Subuh dg berjamaah seolah-olah ia mengerjakan salat semalam suntuk.” (HR.Muslim)


2. “Barangsiapa mengerjakan salat Isya’ dg berjamaah, maka ia dianggap mengerjakan salat setengah malam, dan barangsiapa mengerjakan slaat Isya’ dan Subuh dg berjamaah, maka ia dianggap mengerjakan salat semalam suntuk” (HR. Turmudzi).


3. Dari Abu Hurairah ra. Bahwasanya Rasululah saw. Bersabda: “Seandainya manusian mengetahui ieutamaan salah Isya’ dan Subuh tentu mereka mendatangai keduanya (berjamaah), walaupun dengan merangkak (HR. Bukhari dan Muslim)


4. Dari Abu Hurairah ra., ia berkata ” Rasulullah saw. Bersabda: “Tidak ada salah yg lebih berat bagi orang-orang munafik melebihih dari salat Subuh dan Isya. Seandainya mereka mengetahui keutamaan kedua salat itu, niscaya mereka mendatangi keduanya (berjamaah), walaupun dg merangkat” (HR. Bukhari dan Muslim)


Semoga bermanfaat ya ingat hanya orang berfikir normal lha yang selalu ingat dan beribadah pada sang PENCIPTA-NYA kalau orang yang ngk beribadah pada ALLAH  ya ngak normal deach eeeizzt jangan marah ini untuk kebaikan lho...


Walaikum salam....



HIKMAH


"Hal terpenting bagi seseorang di dunia ini adalah Menyintai ALLAH dengan sebenar-benarnya..memiliki iman yang benar, akhlak yang terpuji, akal yang lurus, tubuh yang sihat dan rezeki yang berkat. Selain semua itu, adalah beramal dan mengisi waktu dengan kesibukan yang bermanfaat"


Followers

Exit Jangan Lupa Klik Like Ya